Sabtu, 19 November 2011

MEMAHAMI PERILAKU dan KARAKTERISTIK AWAL SISWA

MEMAHAMI PERILAKU dan KARAKTERISTIK AWAL SISWA Oleh : Yudi Budiman PENGANTAR Pada suatu kegiatan belajar di sebuah ruang kelas, seorang guru mangawali dengan pernyataan: “Sekarang, mari kita buka buku kita pada halaman 33 dan kerjakanlah sepuluh soal yang ada di dalamnya. “Mendengar perintah itu seorang siswa menjawab: “Saya tidak tertarik mengerjakan soal.” Guru kemudian berkata: “Bukalah buku anda dan segeralah mulai mengerjakan soal!” Siswa yang namanya Jodi itu pun menyatakan bahwa ia membenci pelajaran matematika. Sang guru pun mempertegas perintahnya bahwa jika Jodi tidak memulai pekerjaannya maka ia akan memberi tambahan pekerjaan lainnya. Namun, Jodi tetap bersikeras tidak akan mengerjakan soal-soal tersebut. Peristiwa semacam itu sangat sering terjadi di lembaga-lembaga pendidikan kita. Tidak sedikit kesalahan yang sering dilakukan pendidik dan pengambil kebijakan akibat pemahaman yang tidak cermat mengenai hakekat peserta didik. Padahal kesalahan pendidik maupun pengambil kebijakan pendidikan akan berakibat sangat fatal yang tidak saja menyesatkan dan merugikan peserta didik secara individu, tetapi juga mengancam kualitas generasi baru di masa yang akan datang. Oleh sebab itu, untuk dapat mencapai tujuan pendidikan yang ideal, pemahaman yang tepat mengenai karakteristik peserta didik mutlak diperlukan sejak awal. Dengan pemahaman mengenai karakteristik peserta didik yang tepat, upaya pencapaian tujuan pendidikan diharapkan dapat menjadi lebih efektif dan terarah. Hery Noer Ali dalam konteks pendidikan Islam memberikan pengertian yang lebih luas atas peserta didik, yaitu setiap manusia yang sepanjang hayatnya selalu berada dalam perkembangan. Pada pengertian ini peserta didik tidak hanya dipandang sebagai anak yang sedang dalam pengasuhan dan pengasihan orang tua, dan bukan pula anak-anak dalam usia sekolah. Tetapi dimaknai sebagai manusia yang punya potensi untuk berkembang atau dikembangkan. Pengertian ini didasarkan atas tujuan pendidikan, yaitu manusia sempurna secara utuh, yang untuk mencapainya manusi berusaha terus menerus hingga akhir hayatnya. Lebih lanjut dikatakan bahwa peserta didik sebagai manusia perlu dibimbing dan diarahkan melalui proses pendidikan. Dalam kontek pendidikan Islam secara sempit membatasi tujuannya pada kedewasaan peserta didik. Pendidikan dalam arti ini merupakan bantuan bimbingan yang diberikan pendidik terhadap peserta didik untuk mencapai kedewasaannya. Sejauh dan sebesar apa bantuan itu diberikan sangat dipengaruhi oleh pandangan pendidik terhadap kemungkinan peserta didik untuk dididik. Thomas Amstrong menyatakan bahwa semua anak adalah anak yang berbakat. Tiap-tiap anak terlahir ke dunia ini dengan potensi yang unik. Bila dipupuk dengan benar, dapat turut memberikan sumbangan bagi dunia yang lebih baik. Tantangan terbesar bagi para orang tua dan guru adalah menyingkirkan batu besar yang menghalangi jalan mereka dalam menemukan, mengembangkan, dan merayakan anugerah yang mereka miliki itu. Oleh karena itulah, maka dalam proses pencapaian tujuan pendidikan harus mengidentifikasi perilaku dan karakteristik peserta didik sejak awal dalam upaya membantu, membimbing, dan mengarahkan peserta pendidik agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal dan membawanya menuju kedewasaannya Berikut ini adalah beberapa pandangan pemikir pendidikan Islam mengenai peserta didik dan implikasinya dalam pendidikan yang dirangkum oleh Samsul Nizar. a. Peserta didik bukan miniatur orang dewasa. Ia memiliki dunianya sendiri. Implikasi dari pemahaman ini adalah bahwa dalam proses pendidikan tidak boleh disamakan dengan pendidikan orang dewasa. b. Peserta didik adalah manusia yang memiliki perbadaan dalam tahap-tahap perkembangan dan pertumbuhannya. Oleh karena itu aktivitas pendidikan Islam harus disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang dialami peserta didik. c. Peserta didik adalah manusia yang memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi, baik menyangkut kebutuhan jasmani maupun ruhani. Diantara kebutuhan dasarnya adalah kebutuhan biologis, kasih sayang, rasa aman, harga diri dan aktualisasi diri. Hal ini perlu dipahami agar proses pendidikan dapat berjalan lancar. d. Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki berbagai perbedaan individual, baik karena faktor bawaan maupun lingkungan tempat tinggal. Pendidikan Islam harus memperhatijan faktor-faktor tersebut tanpa harus mengorbankan satu pihak. e. Peserta didik merupakan makhluk yang terdiri dari dua unsur utama: jasmaniah dan ruhaniah. Unsur jasmani berkaitan dengan fisik yang dapat dikembangkan melalui proses pembiasaan dan latihan. Sementara unsur ruhani berkaitan dengan daya akal dan daya rasa. Dapat dikembangkan melalui proses intelektualisme yang menekankan pada ilmu-ilmu rasional, dan daya rasa dapat dikembangkan melalui pendidian akhlak dan ibadah. Impilkasi pemahaman ini adalah bahwa pendidikan harus memandang peserta didik secara utuh dari tidak mengutamakan salah satu potensi saja, tapi semua daya dikembangkan dan diarahkan secara integral dan harmonis. f. Peserta didik adalah makhluk Allah yang telah dibekali potensi fitrah yang perlu dikembangkan secara terpadu. Fungsi pendidikan dalam hal ini adalah membantu dan mendidik peserta didik agar dapat mengembangkan dan mengarahkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan, tanpa harus mengabaikan fungsi-fungsi kemanusiaannya. Pemahaman mengenai hakekat peserta didik di atas berfungsi sebagai landasan filosofis untuk menerapkan proses pendidikan yang berorientasi pada peserta didik (student-oriented), dan tidak lagi pada materi pelajaran (subject matter-oriented), juga bukan pada guru (teacher oriented). Dengan demikian, maka pendidikan hendaknya berorientasi pada pengembangan anak didik dalam rangka memelihara dan mengembangkan martabat kemanusiaan dan budayanya. Jika pendidikan berorientasi pada peserta didik, maka dalam proses pendidikan kedudukannya dipandang subyek pendidikan, bukan sebagai obyek pendidikan. Akhirnya, dalam rangka pengelolaan pengajaran serta dalam proses pencapaian tujuan pendidikan, seorang pendidik perlu memahami karakterisitk anak didik sejak awal dengan melihat ciri-cirinya yang khusus sebagai individu, baik dari segi fisik ataupun psikis dalam pertumbuhan dan perkembangannya sebagai makhluk yang dinamis Serta dalam upaya membantu, membimbing, dan mengarahkan peserta pendidik agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal dan membawanya menuju kedewasaannya. Daftar Pustaka 1.Abdul Munir Mulkan, Nalar Spiritual Pendidikan: Solusi Problem Filosifis Pendidikan Islam (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2002), hlm. 86. 2.Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm.133. 3.Elissiti Julaihah (ed), Helping Your Children Doing Their Homework, (Yogyakarta: Curista, 2004), hlm. 44. 4.Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam; Pendekatan Historis, Teoritis sa Praktis, (Jakarta: Ciputat Pres, 2002), hlm. 48-50.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar